Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan: Refleksi Kritis Nilai Guru Penggerak
Artikel ini ditulis sebagai tugas mandiri Pembekalan Calon Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 21 Kemristek Dikti.
Semangat untuk mengapresiasi dan berpihak pada nilai-nilai yang diperlukan dan menguntungkan anak adalah landasan dalam membawakan peran perubahan dalam dunia pendidikan. Rokeach menyatakan bahwa nilai merupakan keyakinan sebagai standar yang mengarahkan perbuatan dan tolok ukur pengambilan keputusan terhadap objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik. Kehadiran nilai-nilai positif dalam diri seseorang akan membantu mereka mengambil posisi ketika berhadapan dengan situasi atau masalah, sebagai bahan evaluasi ketika membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari (Kemdikbus Ristek: 2022).
Apa nilai atau peran Guru Penggerak yang paling berdampak bagi Anda, dan bagaimana pengalaman belajar ini memengaruhi pandangan Anda terhadap peran Anda sebagai calon fasilitator guru penggerak?
Nilai Guru Penggerak yang paling berdampak bagi diri saya adalah berpihak kepada murid, mandiri, inovatif, kolaboratif, dan relektif. Pengelolaan pendidikan di sekolah hendaknya berorientasi kepada pengembangan potensi atau kodarat anak agar anak biasa belajar dengan senang dan bahagia di sekolah.
Prinsip saya adalah, “guru itu peduli siswa”. Kepedulian kepada siswa kita lakukan secara mandiri tanpa harus menunggu orang lain untuk memulainya. Sebagai seorang guru, kita harus senantiasa mengambil tanggung jawab dan turun tangan untuk memulai perubahan. Kita secara mandiri termotivasi untuk mengembangkan diri tanpa harus menunggu adanya pelatihan yang ditugaskan oleh sekolah, dinas, atau pihak lain. Hal itu selaras dengan filosopi KHD yang menyatakan bahwa seorang guru harus menguasai lima ilmu yaitu: ilmu hidup batin (psikologis), ilmu hidup jasmani (fisiologis), ilmu kesopanan (etika), ilmu keindahan (estetika), dan ilmu pendidikan (pedagogis).
Pendidikan yang berpihak kepada murid tidak cukup hanya dengan modal kemandirian saja, akan tetapi dibutuhkan langkah-langkah inovatif yakni dengan memunculkan gagasan segar dan tepat guna dengan meanfaatkan teknologi digital yang semakin digemari anak.
Kesemuanya itu dapat terwujud jika kita bisa membangun kolaborasi yang produktif di lingkungan kerja kita atau di manapun kita berada. Ide-ide brilian tersebut kita harus refleksikan kepada lingkungan kita. Nilai Reflektif layaknya adalah model mental yang diharapkan dapat memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri maupun pihak lain secara positif-apresiatif-produktif.
Nilai-nilai tersebut menjadi “spirit” bagi saya dalam menjalankan tugas/amanah sebagai fasilitator dan/atau guru penggerak, yakni TERGERAK; memahami bagaimana manusia tergerak (dunia “dalam diri” manusia) BERGERAK; Memahami bagaimana dan ke arah mana manusia merdeka bergerak dan MENGGERAKKAN; memahami bagaimana menggerakkan (menuntun) kekuatan kodrat (Kemdikbud Ristek RI: 2022)
Apa tantangan utama yang Anda temui dalam mengimplementasikan nilai dan peran Guru Penggerak di sekolah, dan bagaimana strategi Anda untuk mengatasi tantangan tersebut?
Tantangan utama dalam mengimplementasikan nilai dan peran Guru Penggerak di sekolah, adalah (1) niat dan komitmen diri pribadi saya sendiri untuk selalu menjunjung tinggi nilai tersebut sebagai kode prilaku saya sebagai pendidik profesional yang “cinta anak”, (2) sikap dan persepsi guru yang senang berada di “zona nyaman” atau apriori terhadap perubahan yang inovatif, (3) gempuran media sosial yang tidak terkendali atau tidak mendidik, (4) tanggung jawab orang tua siswa yang cenderung “lepas tangan’ terhadap masalah-masalah yang dialami oleh anaknya di sekolah.
Bagaimana nilai dan peran Guru Penggerak ini terhubung dengan pengalaman masa lalu Anda, relevansi dengan masa kini, dan rencana penerapannya di masa depan?
Setelah membaca nilai-nilai penggerak ini, saya teringat pada salah satu tulisan/karya ilmiah pada tahun 1990 dengan judul “pendidikan sarat nilai” dan hasil penelitian saya tahun 1992 tentang kemampuan kreatif dan inovatif Siswa SMK di Makassar (1990). Sebagai guru BK saya selalu memandang siswa sebagai pribadi yang unik dan memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Sebagai Kepala Sekolah, kami menerapkan prakarsa perubahan yang saya susun ketika mengikuti pembekalan Pengajar Praktik dengan judul ‘Mendisiplinkan Siswa tanpa Hukuman”. Gagasan tersebut menajdi salah satu inovasi dan ciri sekolah kami sebagai sekolah ramah anak.
Sebagai pendidik penting untuk menyadari bahwa apapun yang terjadi di hadapan seorang anak, berpeluang untuk mempengaruhi dunia di dalam diri mereka (dan mungkin aberdampak hingga lanjut usia).
Pendidik harus lebih peka dan terus berpikir bagaimana menjadi lebih efektif dalam “menciptakan atau memanfaatkan kondisi” yang dihadapi anak, sehingga anak dapat mengambil maknanya secara sehat dan produktif.
Roda emosi yang dikembangkan oleh Plutchik adalah yang menggambarkan rentang intensitas dari delapan emosi dasar: gembira, percaya, takut, terkejut, sedih, muak, marah, dan antisipatif, yang dapat berinteraksi dan menghasilkan emosi-emosi yang lebih kompleks masih sangat relefan untuk dikembangkan di sekolah.
Untuk menerapkan nilai-nilai tersebut maka ada beberapa solusi yang saya tawarkan: (1) mendorong gerakan inovasi edukasional yang sederhana di sekolah, (2) merumuskan peraturan akademik yang ramah anak, (3) melakukan sosialisasi dan pelatihan nilai-nilai penggerak kepada warga sekolah (guru dan staf TU), (4) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengelolaan pendidikan dan pengajaran, (5) menjalin kerja sama/kolaborasi pengembangan pendidikan sarat nilai/pendidikan karakter, (6) menerapkan penilaian sikap dalam pembinaan karakter siswa.
================================================================== === = =
Umpan balik Fasilitator:
Dear Refleksi Bapak Abdul Majid menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai Guru Penggerak, terutama dalam penerapan keberpihakan pada murid, kemandirian, kolaborasi, dan refleksi.
Bapak Abdul Majid menyoroti pengalaman baru yang diperoleh melalui pelaksanaan nilai-nilai ini di sekolah. Dengan emosi yang dirasakan berupa motivasi tinggi untuk berkontribusi pada perubahan positif, Bapak Abdul Majid menjelaskan praktik baik yang dilakukan, seperti penggunaan nilai reflektif untuk memahami tantangan dan memperbaiki praktik pendidikan di lingkungan sekolah.
Dalam konteks implementasi, refleksi ini mengidentifikasi tantangan utama, seperti kebiasaan bertahan di zona nyaman, pengaruh media sosial yang negatif, dan kurangnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan.
Bapak Abdul Majid mengusulkan strategi konkret seperti pelatihan nilai Guru Penggerak, penerapan teknologi informasi untuk pembelajaran, serta penerapan disiplin positif di sekolah. Pendekatan ini tidak hanya relevan, tetapi juga mencerminkan wawasan yang mendalam mengenai cara menciptakan perubahan budaya secara efektif di sekolah.
Hubungan yang dibuat dalam refleksi ini sangat kuat, menghubungkan pengalaman masa lalu sebagai guru BK yang fokus pada potensi siswa, penerapan masa kini berupa prakarsa disiplin tanpa hukuman, dan rencana masa depan untuk mengembangkan kebijakan ramah anak.
Bapak Abdul Majid merencanakan integrasi nilai-nilai Guru Penggerak dalam kurikulum sebagai langkah strategis untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang progresif.
Refleksi ini mencerminkan kesinambungan pemikiran yang relevan dengan nilai-nilai pendidikan modern.
Secara keseluruhan, refleksi Bapak Abdul Majid sangat inspiratif dan terstruktur. Tantangan yang diidentifikasi diatasi dengan strategi yang jelas dan implementasi yang aplikatif. Komitmen terhadap transformasi pendidikan terlihat nyata dalam hubungan yang Bapak Abdul Majid buat antara masa lalu, praktik saat ini, dan visi masa depan. Refleksi ini dapat menjadi contoh yang sangat baik bagi pendidik lain untuk memulai perubahan yang positif di lingkungan pendidikan mereka.
Namun sayang sekali, Bapak Abdul Majid belum mengkaitkan dengan model kompetensi Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, sehingga refleksi tidak hanya mencerminkan pengalaman individu, tetapi juga mendukung capaian pembelajaran guru penggerak pada kompetensi diri dan kelas, kompetensi rekan sejawat dan kompetensi sekolah secara kolektif. Yoel
Yuli Cahyo , 6 Des at 4:36
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
"Jejak KKN UINAM Angkatan 76: Langkah Kecil, Kolaborasi, Bersama Mencerdaskan Anak Bangsa!
Salenrang 9 Januari 2025, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) yang sedang melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Angkatan 76 Posko 8 De
BK: Profesi, bukan?
oleh: ABDUL MAJID Tulisan ini seakan “menggugat” kembali profesi konselor atau guru bimbingan dan konseling di sekolah sebagai wujud kecintaan saya sebagai guru BK selama 3
Tika: Profil Tokoh Minggu Ini
Firtriani Saltika, lahir di Maros, pada tanggal 01 Juli 2012. Tika panggilan akrabnya adalah anak ke-3 dari empat bersaudara dari pasangan ibunda Salmah dan ayahanda Muh. Rasyid.
PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH: REFLEKSI MODUL 3
Pada hari ke-11 Pembekalan Calon Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak Kemdik Dasmen RI, Peserta diminta menyampaikan refleksi terhadap konsep pemimpin pembelajaran dalam pengemba
Kegiatan AAJS di SMPN 28 Satap Salenrang Resmi Dimulai
Salenrang, 9 Desember 2024 – SMPN 28 Satap Salenrang memulai pelaksanaan kegiatan Assesment Akhir Jenjang Sekolah (AAJS) pada tanggal 9 hingga 16 Desember 2024. Kegiatan ini diiku
Refleksi Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
(Tugas Mandiri CF-21 PGP Kemdikbud Ristek) Tulisan ini merupakan tanggapan dan pemikiran refflektif tentang filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara (KHD). Setidaknya ada enam poin yang
Refleksi Peran Fasilitator dalam Pengembangan Kepemimpinan Pembelajaran
(H2 Pembekalan Cafasil PGP Angkatan 21 Kemdikbud Ristek) oleh: Abdul Majid Penulis adalah peserta Pembekalan Calon Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak Direktur Kepala Sekolah, Penga
"Fasil: 21 Langkah Menjadi Guru Hebat"
21 langkah Fasilitator Program Guru Penggerak handal: Kenali potensi diri; Pahami kekuatan dan kelemahan pribadi. Pahami filosofi pendidikan; khususnya pemikiran Ki Haja
Meriah! OSIS SMPN 28 Satap Salenrang Gelar Peringatan Hari Guru Nasional dengan Penuh Kreativitas dan Apresiasi
Salenrang, 25 November 2024 OSIS SMPN 28 Satap Salenrang yang diketuai oleh Azizah Nur Fatihah telah sukses menyelenggarakan peringatan Hari Guru Nasional dengan penuh kreativitas dan
MENGENALI ANAK YANG AGRESIF DI SEKOLAH
Bagian Kesatu Tulisan ini lahir sebagai refleksi atas kegundahan saya sebagai Pendidik dalam mengamati mengapa anak sering mengganggu temannya? mengapa anak terkadang berteriak “