• SMPN 28 SATAP SALENRANG
  • Tutuki Ri Kana Ingakki Ri Panggaukang

PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH: REFLEKSI MODUL 3

Pada hari ke-11 Pembekalan Calon Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak Kemdik Dasmen RI, Peserta diminta menyampaikan refleksi terhadap konsep  pemimpin pembelajaran dalam pengembangan sekolah (paket modul 3).

Paket modul 3 ini, terdiri atas tiga modul yakni (1) modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, (2) modul 3.2 pemimpin dalam pengelolaan sumber daya dan (3) modul 3.3  pengelolaan program yang berdampak positif pada murid.

Pada bagian awal, disampaikan refleksi Penulis setelah membaca dan mengikuti pendalaman materi dari narasumber dan fasilitatior mengenai konsep pemimpin pembelajaran dalam pengembangan sekolah dengan model tanya jawab antara narasumber (Ns) dengan Calon Fasilitator (cF) sebagai berikut:

Ns: 1. Bagaimana pemahaman Anda tentang pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan, pendekatan berbasis aset dalam pengelolaan sumber daya sekolah, dan kepemimpinan murid memberikan wawasan baru tentang peran Anda sebagai pemimpin satuan pendidikan?

cF.1: Pemahaman saya sebagai pemimpin satuan pendidikan tentang pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan adalah bagaimana seorang pemimpin memanfaatka nilai-nilai kebajikan dalam pengambilan keputusan. Ada dua hal penting yang perlu dipahami secara utuh yakni: (1) dilema etika dan (2) bagaiman langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan berbasis nilai.

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam membangun paradigma pengujian dilema etika yakni: (a) Individu lawan kelompok; pertentangan antara individu lawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Paradigma ini, bisa juga berhubungan dengan konflik antara kepentingan pribadi lawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil lawan kelompok besar (b) Rasa keadilan lawan rasa kasihan; pilihannya adalah antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Kita bisa memilih untuk berlaku adil dengan memperlakukan hal yang sama bagi semua orang, atau membuat pengecualian dengan alasan kemurahan hati dan kasih sayang. (c) Kebenaran lawan kesetiaan; Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita harus memilih antara jujur atau setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita akan menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya. (d) Jangka pendek lawan jangka panjang; Seringkali kita harus memilih keputusan yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi pada hal-hal yang setiap harinya terjadi pada kita, atau pada lingkup yang lebih luas misalnya pada isu-isu dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dan lain lain.

Berikutnya, adalah bagaimana kita sebagai pendidik menerapkan langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan berbasis nilai tersebut yakni: (1) mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan; memastikan bahwa masalah yang kita hadapi memang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan sekadar masalah (2) menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, (3) kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, (4) Pengujian benar atau salah, (5) pengujian paradigma benar lawan benar (6) Melakukan prinsip resolusi, (7) investigasi opsi trilema, (8) buat keputusan dan (9) lihat lagi keputusan yang telah diambil dan refleksikan kembali di komunitas sekolah atau di luar sekolah.

Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai pendidik untuk : (1) melakukan analisis hasil wawancara dengan Kepala Sekolah untuk menguji paradigma pengambilan keputusan dan (2) belajar penerapan sembilan langkah pengambilan keputusan.

cF.2: Pemahaman saya sebagai pemimpin satuan pendidikan tentang pendekatan berbasis aset dalam pengelolaan sumber daya sekolah adalah kapasitas seseorang untuk mempengaruhi fungsi dirinya dan arah jalannya peristiwa melalui tindakan-tindakan yang dibuatnya. Seorang agent berarti orang tersebut secara sengaja mempengaruhi fungsi dan keadaan hidup dirinya.

Tugas pemimpin adalah, bagaimana menggunakan kekuatan yang dimiliki sekolah/organisasi sebagai tumpuan berpikir. Pemimpin perlu memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif”. Oleh kerena itu, sekolah wajib membangun ekosistem yang mampu merangsang pertumbuhan dan perkembangan murid demi terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.

Keberhasilan sebuah sekolah sangat tergantung pada “cara pandang” sekolah, khususnya Kepala Sekolah dan guru dalam memandang ekosistemnya. Ada tujuah elemen penting sebagai modal tujuh modal utama berpkir aset, yaitu modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, dan modal agama dan budaya. Pendekatan ini menekankan bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi.

Dalam implementasinya, pola pikir aset dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan. Pendekatan ini sekaligus sebagai “aanti tesis” terhadap pendekatan konvensional yang menekankan pada masalah, kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu komunitas.

cF.3:   Pemahaman saya sebagai pemimpin satuan pendidikan tentang kepemimpinan murid adalah bagaimana kita menempatkan siswa sebagai subjek yang penuh potensi yakni voice, choice, ownership.

Untuk mewujudkannya diperlukan wawasan yang luas dan luwes dari pendidik, khususnya Kepala Sekolah yakni: (1) kepemimpinan murid (student agency), (2) lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid, dan (3) peran keterlibatan komunitas dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid.

Kata kuncinya adalah “IVAR “ yakni yakni intensi-visi-aksi-refleksi. Seseorang yang memiliki agency akan memiliki kesadaran yang baik akan fungsi dirinya, maka itu berarti mereka sdudah memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka.

Sekolah hendaknya mendorong terwujudnya Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Dalam hal ini, Kepala Sekolah dapat mendorong penggunaan pola pikir positif, interaksi sosial secara positif, mendorong pencapaian tujuan, memahami kekuatan diri, menentukan dan menindaklanjuti tujuan, keaktifan dalam komunitas, menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh.

Keterlibatan komunitas dalam menumbuhkembangkan kepemimpinan murid sangatlah penting. Mari optimalkan  “tri sentra pendidikan”; satuan pendidikan dengan orang tua siswa, dan masyarakat hendaknya saling bahu-membahu medorong kemajuan sekolah.

Ns.2: Tantangan apa yang Anda hadapi dalam menerapkan prinsip pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan, pengelolaan sumber daya berbasis aset, dan kepemimpinan murid, serta strategi konkret apa yang Anda rencanakan untuk memastikan prinsip-prinsip tersebut berdampak positif pada murid dan lingkungan sekolah?

CF.4:  Tantangan penerapan pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan adalah:

(1) pemahaman saya sendiri tentang konsep pengambilan keputusan berbasis nilai/etika yang sangat terbatas, (2) komitmen diri untuk menerapkan nilai-nilai etika dalam pengambilan keputusan, (3) kesadaran diri guru untuk menerapkan pengambilan keputusan berbasis nilai, (4) dampak media sosial dalam komunikasi sehari-hari, (5) iklim budaya sekolah.

Langkah konkret yang dapat dilakukan adalah: (1) mempelajari secara sungguh-sungguh konep atau teori pengambilan keputusan berbasis nilai/etika, (2) membangun komitmen moral untuk menerapkan nilai-nilai etika dalam pengambilan keputusan, (3) membangun kesadaran diri guru untuk menerapkan pengambilan keputusan berbasis nilai, (4) mendorong penggunaan media komunikasi digital yang sehat, (5) membangun budaya sekolah yang sarat nilai, (6) menjalin kerja sama dengan orang tua siswa.

Tantangan berikutnya adalah, bagaimana penerapan pengelolaan sumber daya sekolah itu? Setidaknya ada enam solusi yang Penulis tawarkan yakni: (1) bagaimana mengubah persepsi atau konsep diri kita sendiri (komitmen pribadi) yang terkadang terlalu larut dalam menganalisis suatu masalah padahal memandang ke depan dengan berpikir aset jauh lebih konstruktif, (2) bagaimana mengubah persepsi atau konsep diri yang dimiliki oleh guru dan pegawai dari paradigma “serba berharap” menjadi guru “pemberi harapan” dengan mengunakan pola pikir aset, (3) dukungan pemerintah dalam satandar sapras, (4) ekpektasi masyarakat tentang pendidkan, di mana masyarakat cenderung menyerahkan penuh kepada sekolah urusan pendidikan anaknya, (5) bagaimana membangun sinerigitas dengan Pengawas Bina, Komite Sekolah dan orang tua siswa, (6) bagaiamana penysunan Renstra bisa mengelaborasi pola pikir ASET dengan perencanaan berbasis data khsusunya dalam penyusunan RKJM, RKT dan ARKAS.

Langkah konkret yang dapat dilakukan oleh pendidik, khususnya Kepla Sekolah sebagai “leadher” adalah: (1) mempelajari secara sungguh-sungguh konep atau teori pengelolaan sumber daya sekolah, (2) membangun komitmen moral untuk menerapkan pengelolaan sumber daya sekolah, (3) membangun kesadaran diri dan guru-guru untuk menerapkan pengelolaan sumber daya sekolah, (4) membangun keprcayaan kepada warga sekolah untuk menjaga aset-aset sekolah, (5) menginfentarisir segala potensi/set sekolah, dan (6) menjalin kerja sama dengan orang tua siswa.

Tantangan ketiga yang perku diantisipasi dalam penerapan kepemimpinan murid adalah: (1) persepsi atau konsep diri kita sbagai guru atau sebagai pemimpin, (2) komitmen diri untuk memberikan kesempatan yang luas kepada siswa mengembangkan potensi dirinya, (4) dampak media sosial dalam komunikasi sehari-hari, (5) partidisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

Solusi konkretnya adalah: (1) mempelajari secara sungguh-sungguh konep kepemimpinan murid, (2) membangun komitmen moral untuk konep kepemimpinan murid di sekolah, (3) membangun kesadaran diri kita sebagai guru/kepala Sekolah mengenai pentingnya kepemimpinan murid dalam meningkatkan mutu pendidikan, (4) mendorong penggunaan media komunikasi digital yang sehat, (5) membangun kebersamaan/kolaborasi, (6) menjalin kerja sama dengan orang tua siswa.

Ns.3: Bagaimana konsep-konsep dari pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan, pengelolaan sumber daya berbasis aset, dan kepemimpinan murid terhubung dengan pengalaman Anda sebelumnya, relevansinya dengan praktik di sekolah saat ini, dan bagaimana Anda akan mengintegrasikannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan ekosistem sekolah di masa depan?

CF.5:  Sebelum saya mempelajari paket modul 3 ini, saya tidak memahami bagaimana cara seorang pemimpin mengambil keputusan penting yang sistematis dan berorientasi pada nilai-nilai kebajikan.

Selama ini, teknik pengambilan keputusan yang saya terapkan hanya mepertimbangkan aspek legal atau benar-salah tanpa memeprhatikan bahwa ada nilai-nilai kebajikan yang universal yang sangat penting yakni begaimana menggunakan paradigma dilema etika. Saya juga selama ini dalam manajemen aset, terlalu fokus pada aset kebendaan, tanpa menyadari bahwa aset non kebendaan jauh lebih banyak dan lebih berdampak luas pada pengembangan organisasi atau sekolah.

Oleh karena itu, Kepala Sekolah sebagai pempimpin harus fokus pada keunggulan yang dimiliki sekolah ketimbang “mencar-cari kesalahan” suatu organisasi. Saya juga selama ini terkadang abai dengan potensi siswa, sebab terkadang kita memandang siswa sebagai objek, sebagai anak kecil yang “tidak tahu apa-apa”, padahal anak didik kita adalah salah satu aset potensial yang perlu dilibatkan dalam pengembangan organisasi dengan memandang siswa kita sebagai subjek.

CF.5: Sebagai implikasi praktis bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas dalam memacu dan memicu peningkatan kualitas pembelajaran dan ekosistem sekolah di masa depan adalah:

Kepada GURU, hendaknya: (1) belajar secara sungguh-sungguh konsep pengambilan keputusan yang berbasis nilai, pengelolaan sumber daya berbasis aset, dan kepemimpinan murid (2) aktif berdiskusi dan berbagi praktik baik penerapan pengambilan keputusan yang berbasis nilai, pengelolaan sumber daya berbasis aset, dan kepemimpinan murid, (3) mempraktikkan pengambilan keputusan yang berbasis nilai, pengelolaan sumber daya berbasis aset, dan kepemimpinan murid, (4) memfasilitasi kepemimpinan murid dalam setiap program atau kegiatan di sekolah, (5) aktif memberikan pembimbingan atau pembinaan pada kegiatan Ekskul/organisasi sekolah, (6) berbagi praktik baik pada komunitas belajar/MGMP mengenai pengalaman guru dalam memfasilitasi kepemimpinan murid dalam setiap program atau kegiatan di sekolah.

Kepada KEPALA SEKOLAH hendaknya: (1) belajar secara sungguh-sungguh mengenai konsep pengambilan keputusan yang berbasis nilai, pengelolaan sumber daya berbasis aset, dan kepemimpinan murid, (2) mulai menerapkan konsep pengambilan keputusan yang berbasis nilai, pengelolaan sumber daya berbasis aset, dan kepemimpinan murid (3) melaksanakan workshop konsep pengambilan keputusan yang berbasis nilai, pengelolaan sumber daya berbasis aset, dan kepemimpinan murid, (4) melaksanakan diskusi berbagi praktik baik tentang konsep pengambilan keputusan yang berbasis nilai, pengelolaan sumber daya berbasis aset, dan kepemimpinan murid di komunitas sekolah atau MKKS/KKKS, (5) mendorong kebijakan pengembangan organisasi siswa di sekolah (OSIS, Pramuka, dan Ekskul), (6) memberikan dukungan pembiayaan (alokasi anggran), (7) melakukan refleksi berkelanjutan mengenai pelibatan siswa dalam pengelolaan kegiatan sekolah, (8) membawa guru dan perwakilan siswa (OSIS) untuk mengikuti studi tiru ke sekolah rujukan/sekolah penggerak, (9) melaksanakan studi tiru kepada sekolah rujukan atau sekolah pengegrak. c. Sebagai

Kepada PENGAWAS Sekolah, hendaknya: (1) mendorong penerapan konsep pengambilan konsep pengambilan keputusan yang berbasis nilai, pengelolaan sumber daya berbasis aset, dan kepemimpinan murid, , (2) memberikan pendampingan kepada guru dan Kepala Sekolah dalam penerapan konsep pengambilan keputusan yang berbasis nilai, pengelolaan sumber daya berbasis aset, dan kepemimpinan murid di sekolah binaannya, (3) berkoordinasi dengan Kepala Sekolah dalam memfasilitasi kepemimpinan murid dalam setiap program atau kegiatan di sekolah pola pikir aset, (4) membuat profil sekolah atau profil Kepala Sekolah/Guru yang dianggap sukses menerapkan konsep pengambilan keputusan yang berbasis nilai, pengelolaan sumber daya berbasis aset, dan kepemimpinan murid.

Tentu saja tulisan masih dari dari harapan Ki hadjar Dewantara bahwa pendidikan itu sejatinya adalah “menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat (Kemdibud Ristek RI: 2022). Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani.

ABDUL MAJID , 11 Des at 19:16

 

Umpan Balik Fasilitator:

Pada bagian ini, Penulis mengutip secara langsung umpan balik memberdayakan yang telah disampaikan oleh bapak Yuli CahyoFasilitator Kelas 23 Pembekalan Calon Fasilitator Angkatan 21 (CF 21) Pendidikan Guru Penggerak Kemdik Dasmen tahun 2024 sebagai berikut:

“Dear Bapak Abdul Majid, Refleksi Bapak Abdul Majid mendapatkan skor 100 berdasarkan rubrik kebermaknaan refleksi. Refleksi ini mencakup pengalaman pembelajaran baru seperti pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan, pendekatan berbasis aset, dan kepemimpinan murid. Bapak Abdul Majid juga berhasil mengidentifikasi kekuatan dalam implementasi, seperti pola pikir aset, serta area perbaikan yang perlu diperhatikan, seperti persepsi diri terhadap kepemimpinan murid. Refleksi ini menunjukkan keterkaitan dengan kompetensi dan kematangan pribadi. Pada analisis implementasi, refleksi ini mendalam dan mencakup tantangan yang dihadapi, seperti persepsi guru, komitmen terhadap nilai, serta keterlibatan siswa. Bapak Abdul Majid juga mengusulkan solusi konkret berupa pelatihan, kolaborasi dengan komunitas, dan strategi komunikasi digital, menunjukkan wawasan baru dari materi yang dipelajari. Refleksi ini juga menunjukkan keterhubungan yang kuat dengan pengalaman masa lalu dan relevansi praktik saat ini. Misalnya, pendekatan konvensional yang berfokus pada aset kebendaan dihubungkan dengan pendekatan baru yang lebih berorientasi pada kepemimpinan murid dan paradigma etika. Integrasi dengan konsep Tri Sentra Pendidikan dan pengelolaan aset berbasis pola pikir positif semakin memperkuat refleksi ini. Secara keseluruhan, refleksi ini sangat komprehensif dan mencerminkan kebermaknaan pembelajaran yang tinggi. Dengan solusi konkret yang dapat diimplementasikan, refleksi ini menunjukkan potensi besar untuk meningkatkan ekosistem sekolah secara holistik. Yoel

Yuli Cahyo , 12 Des at 15:51”

 

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
"Jejak KKN UINAM Angkatan 76: Langkah Kecil, Kolaborasi, Bersama Mencerdaskan Anak Bangsa!

Salenrang 9 Januari 2025,   Mahasiswa  Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) yang sedang melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Angkatan 76 Posko 8 De

10/01/2025 11:55 - Oleh Abdul Majid - Dilihat 60 kali
BK: Profesi, bukan?

oleh: ABDUL MAJID Tulisan ini seakan “menggugat” kembali profesi konselor atau guru bimbingan dan konseling di sekolah sebagai wujud kecintaan saya sebagai guru BK selama 3

14/12/2024 09:16 - Oleh Abdul Majid - Dilihat 68 kali
Tika: Profil Tokoh Minggu Ini

Firtriani Saltika, lahir di Maros, pada tanggal 01 Juli 2012. Tika panggilan akrabnya adalah anak ke-3 dari empat bersaudara dari pasangan ibunda Salmah dan ayahanda Muh. Rasyid. 

13/12/2024 10:23 - Oleh Abdul Majid - Dilihat 64 kali
Kegiatan AAJS di SMPN 28 Satap Salenrang Resmi Dimulai

Salenrang, 9 Desember 2024 – SMPN 28 Satap Salenrang memulai pelaksanaan kegiatan Assesment Akhir Jenjang Sekolah (AAJS) pada tanggal 9 hingga 16 Desember 2024. Kegiatan ini diiku

09/12/2024 08:25 - Oleh Nur Hikmah Gaffar - Dilihat 58 kali
Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan: Refleksi Kritis Nilai Guru Penggerak

Artikel ini ditulis sebagai tugas mandiri Pembekalan Calon Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 21 Kemristek Dikti. Semangat untuk mengapresiasi dan berpihak pada nilai-nilai

06/12/2024 11:37 - Oleh Abdul Majid - Dilihat 78 kali
Refleksi Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

(Tugas Mandiri CF-21 PGP Kemdikbud Ristek) Tulisan ini merupakan tanggapan dan pemikiran refflektif tentang filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara (KHD). Setidaknya ada enam poin yang

03/12/2024 00:42 - Oleh Abdul Majid - Dilihat 69 kali
Refleksi Peran Fasilitator dalam Pengembangan Kepemimpinan Pembelajaran

(H2 Pembekalan Cafasil PGP Angkatan 21 Kemdikbud Ristek) oleh: Abdul Majid Penulis adalah peserta Pembekalan Calon Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak Direktur Kepala Sekolah, Penga

01/12/2024 19:02 - Oleh Abdul Majid - Dilihat 100 kali
"Fasil: 21 Langkah Menjadi Guru Hebat"

21 langkah Fasilitator Program Guru Penggerak  handal: Kenali potensi diri; Pahami kekuatan dan kelemahan pribadi.  Pahami filosofi pendidikan; khususnya pemikiran Ki Haja

27/11/2024 09:33 - Oleh Abdul Majid - Dilihat 87 kali
Meriah! OSIS SMPN 28 Satap Salenrang Gelar Peringatan Hari Guru Nasional dengan Penuh Kreativitas dan Apresiasi

Salenrang, 25 November 2024 OSIS SMPN 28 Satap Salenrang yang diketuai oleh Azizah Nur Fatihah telah sukses menyelenggarakan peringatan Hari Guru Nasional dengan penuh kreativitas dan

25/11/2024 09:00 - Oleh Abdul Majid - Dilihat 73 kali
MENGENALI ANAK YANG AGRESIF DI SEKOLAH

Bagian Kesatu Tulisan ini lahir sebagai refleksi atas kegundahan saya sebagai Pendidik dalam mengamati mengapa anak sering mengganggu temannya? mengapa anak terkadang berteriak “

16/11/2024 09:59 - Oleh Abdul Majid - Dilihat 85 kali