• SMPN 28 SATAP SALENRANG
  • Tutuki Ri Kana Ingakki Ri Panggaukang

Refleksi Peran Fasilitator dalam Pengembangan Kepemimpinan Pembelajaran

(H2 Pembekalan Cafasil PGP Angkatan 21 Kemdikbud Ristek)

oleh: Abdul Majid

Penulis adalah peserta Pembekalan Calon Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan (KSPSTK), Kemdikbud Ristek ingin berbagi serunya belajar bersama narsum Simon Rafael dan Aditya Dharma pada hari ke-2 Pembekalan, Sabtu, 29 November 2024. 

Simon Rafael dengan senyumnya “yang khas “ membuka sesi 1, “assalamu alaikum… selamat pagi, apa kabar bapak/ibu guru hebat? Selamat berjumpa bapak/ibu calon  fasilitator pendidikan guru penggerak angkatan 21. 

Demi lancarnya kegiatan kita, mari kita buat kesepakatan kelas: Nyalakan kamera, matikan mic jika tidak diperlukan, hadir seutuhnya, hargai waktu bersama, buat catatan, raise hand jika mau bicara,  tulis pertanyaan/tanggapan di kolom chat, dan gagal mencoba/bekerja adalah hal biasa. 

Mari kita mulai kegiatan pembelajaran kita dengan mendengarkan lagu Ebiet G. Ade, berjudul “Masih Ada Waktu” demikian permintaan dari Narsum.

Setelah kita mendengarkan lagu “Masih Ada Waktu” dari Ebiet G. Ade, mari kita renungkan pesan dari lirik lagu tersebut, apa yang berkesan bagi Anda terhadap lagu tersebut? Apa  nilai yang didapat dari penyanyi lagu tersebut? Mengapa nilai tersebut begitu mudah Anda ingat? Apa yang dilakukan penyanyi itu sehingga Anda begitu mudah mengingat.

Setelah kita merefleksikan diri kita masing-masing mengenai kesan atau pengalaman yang kita dapatkan setelah mendengarkan lagu tersebut,  selanjutnya kita akan mempelajari secara khusus tentang refleksi peran fasilitator dalam pengembangan kepemimpinan pembelajaran. 

Model pembelajaran yang akan digunakan adalah pembelajaran orang dewasa (POD) atau dikenal dengan istilah andragogi. Paulo Freire (dalam Pelupessy, Purnama Sari dan Feri Taupik Ridwan: 2022) memperkenalkan model pembelajaran tersebut dengan sebutan “pendidikan hadap masalah”, yaitu model pendidikan kontekstual yang berpusat kepada peserta didik”. 

Di Indonesia praktik pendidikan yang berpusat kepada peserta didik bukanlah hal baru, sebab Ki Hajar Dewantara lebih dulu mengenalkan model pendidikan berpusat kepada anak yang Ia sebut sebagai “sistem among”. Tujuan pendidikan adalah agar anak berdaya sebagai seorang individu maupun anggota masyarakat dan dapat mencapai “well being”, yakni kondisi yang oleh Ki Hajar Dewantara disebut sebagai selamat dan bahagia.

Untuk memahami refleksi lebih jauh, maka setidaknya ada empat pertanyaan yang sering diajukan untuk merefleksikan pemahaman dan pengalaman Anda mengenai refleksi diri. Pertama, apa yang Anda pikirkan ketika mendengar tentang refleksi diri? Kedua, apakah menurut Anda refleksi itu penting? Ketiga, bagaimana pengalaman dan perasaan Anda ketika melakukan refleksi? Keempat, apakah refleksi berdampak pada diri Anda? Bagaimana dampaknya?

Refleksi merupakan proses yang aktif dan disengaja oleh individu untuk mengobservasi fakta atau peristiwa yang dialami (Pelupessy , Purnama Sari: 2022). Oleh karena itu refleksi adalah proses memikirkan peristiwa, mengajukan pertanyaan untuk mengeksplorasi mengapa peristiwa terjadi, apa yang berbeda, apa yang baru, apa yang dirasakan, dan tindakan apa yang mungkin bisa memberikan hasil yang yang lebih baik. Melalui refleksi, individu dilatih untuk senantiasa berpikir kritis dan terus belajar.

Refleksi membantu seorang pendidik untuk terus konsisten dalam menjalankan profesinya, koheren dalam pikiran, kata dan tindakannya, serta menjaga komitmennya untuk membawa perubahan yang transformatif. Hal ini tidak muncul dalam satu kali ledakan, melainkan melalui latihan yang teratur dan konsisten. 

Salah satu model refleksi yang banyak digunakan adalah 4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, Perubahan) merupakan penerjemahan dari model 4F yaitu Fact, Feeling, Finding, dan Future. Masing-masing komponen mewakili satu pertanyaan, yaitu: (1) peristiwa apa yang terjadi? (2) perasaan apa yang muncul? (3) pembelajaran apa yang diambil? Dan (4) bagaimana pembelajaran dapat digunakan di masa depan?

Model segitiga refleksi juga dapat menjadi salah satu alternatif untuk menyatakan pemahaman, peningkatan diri dan menentukan target pembelajaran berikutnya. Meskipun dinamakan segitiga, refleksi ini terdiri dari empat kalimat rumpang yang harus dilengkapi, yaitu: (1) setelah pembelajaran ini akhirnya saya memahami…, (2) setelah pembelajaran ini akhirnya saya mampu…, (3) Setelah pembelajaran hari ini perasaan saya ...., (4) setelah pembelajaran ini target saya berikutnya…

Adapun  model lainnya akan dibahas secara terpisah dari tulisan ini. Sebagai pendidik, mari kita luangkan waktu melakukan latihan berulang model-model refleksi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pembelajaran. Kuncinya, mari kita belajar melakukan refleksi yang bermakna dan berkelanjutan.

Maros, 30 November 2024

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
"Jejak KKN UINAM Angkatan 76: Langkah Kecil, Kolaborasi, Bersama Mencerdaskan Anak Bangsa!

Salenrang 9 Januari 2025,   Mahasiswa  Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) yang sedang melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Angkatan 76 Posko 8 De

10/01/2025 11:55 - Oleh Abdul Majid - Dilihat 60 kali
BK: Profesi, bukan?

oleh: ABDUL MAJID Tulisan ini seakan “menggugat” kembali profesi konselor atau guru bimbingan dan konseling di sekolah sebagai wujud kecintaan saya sebagai guru BK selama 3

14/12/2024 09:16 - Oleh Abdul Majid - Dilihat 68 kali
Tika: Profil Tokoh Minggu Ini

Firtriani Saltika, lahir di Maros, pada tanggal 01 Juli 2012. Tika panggilan akrabnya adalah anak ke-3 dari empat bersaudara dari pasangan ibunda Salmah dan ayahanda Muh. Rasyid. 

13/12/2024 10:23 - Oleh Abdul Majid - Dilihat 64 kali
PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH: REFLEKSI MODUL 3

Pada hari ke-11 Pembekalan Calon Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak Kemdik Dasmen RI, Peserta diminta menyampaikan refleksi terhadap konsep  pemimpin pembelajaran dalam pengemba

13/12/2024 06:30 - Oleh Abdul Majid - Dilihat 257 kali
Kegiatan AAJS di SMPN 28 Satap Salenrang Resmi Dimulai

Salenrang, 9 Desember 2024 – SMPN 28 Satap Salenrang memulai pelaksanaan kegiatan Assesment Akhir Jenjang Sekolah (AAJS) pada tanggal 9 hingga 16 Desember 2024. Kegiatan ini diiku

09/12/2024 08:25 - Oleh Nur Hikmah Gaffar - Dilihat 58 kali
Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan: Refleksi Kritis Nilai Guru Penggerak

Artikel ini ditulis sebagai tugas mandiri Pembekalan Calon Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 21 Kemristek Dikti. Semangat untuk mengapresiasi dan berpihak pada nilai-nilai

06/12/2024 11:37 - Oleh Abdul Majid - Dilihat 78 kali
Refleksi Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

(Tugas Mandiri CF-21 PGP Kemdikbud Ristek) Tulisan ini merupakan tanggapan dan pemikiran refflektif tentang filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara (KHD). Setidaknya ada enam poin yang

03/12/2024 00:42 - Oleh Abdul Majid - Dilihat 69 kali
"Fasil: 21 Langkah Menjadi Guru Hebat"

21 langkah Fasilitator Program Guru Penggerak  handal: Kenali potensi diri; Pahami kekuatan dan kelemahan pribadi.  Pahami filosofi pendidikan; khususnya pemikiran Ki Haja

27/11/2024 09:33 - Oleh Abdul Majid - Dilihat 87 kali
Meriah! OSIS SMPN 28 Satap Salenrang Gelar Peringatan Hari Guru Nasional dengan Penuh Kreativitas dan Apresiasi

Salenrang, 25 November 2024 OSIS SMPN 28 Satap Salenrang yang diketuai oleh Azizah Nur Fatihah telah sukses menyelenggarakan peringatan Hari Guru Nasional dengan penuh kreativitas dan

25/11/2024 09:00 - Oleh Abdul Majid - Dilihat 73 kali
MENGENALI ANAK YANG AGRESIF DI SEKOLAH

Bagian Kesatu Tulisan ini lahir sebagai refleksi atas kegundahan saya sebagai Pendidik dalam mengamati mengapa anak sering mengganggu temannya? mengapa anak terkadang berteriak “

16/11/2024 09:59 - Oleh Abdul Majid - Dilihat 85 kali