MENGENALI ANAK YANG AGRESIF DI SEKOLAH
Bagian Kesatu
Tulisan ini lahir sebagai refleksi atas kegundahan saya sebagai Pendidik dalam mengamati mengapa anak sering mengganggu temannya? mengapa anak terkadang berteriak “histeris” tanpa alasan yang jelas? mengapa anak tiba-tiba membentak atau menghardik temannya? mengapa anak tiba-tiba memukul teman kelasnya? mengapa anak laki-laki tiba-tiba menyerang perempuan? mengapa anak senang berkelompok mengintimidasi kelompok lainnya? bahkan yang lebih miris bagi kita adalah mengapa anak mulai berani "membentak" gurunya?
Pertanyaan di atas, menjadi pijakan penulis dalam membahas masalah agresivitas secara bertahap. Hal ini dimaksudkan agar pembahasannya terasa lebih “ringan”. Agresivitas berasal dari kata agresif, sebuah istilah psikologi yang artinya, “…cenderung (ingin) menyerang sesuatu yang dipandang sebagai hal atau situasi yang mengecewakan, menghalangi, atau menghambat” (https://kbbi.kemdikbud.go.id/2024).
Dalam artikel “Pengertian Agresivitas dan Teori Agresi” (universitaspsikologi.com: 2018) dijelaskan beberapa pengertian mengenai iatilah afresif. Menurut Atkinson, “agresif adalah perilaku yang secara sengaja bermaksud melukai orang lain (secara fisik atau verbal) atau menghancurkan harta benda”. Hal senada disampaikan oleh Davidoff bahwa, “agresi adalah setiap tindakan makhluk yang ditujukan untuk menyerang dan menyakiti makhluk lainnya”.
Sedangkan menurut Robert Baron, “agresif adalah bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang sebenarnya tidak mau mendapat perlakuan seperti itu”.
Menurut Kartini Kartono, salah seorang ahli psikologi Indonesia menjelaskan bahwa, “perilaku agresi adalah reaksi primitif dalam bentuk kemarahan hebat dan ledakan emosi tanpa kendali, serangan, kekerasan, tingkah laku kegila-gilaan dan sadistis”.
Menurut Sarlito Wirawan, "jenis kelamin mempengaruhi jenis agresivitas yang ditampilkan". Pria cenderung menampilkan agresi instrumental sedangkan wanita menampilkan agresi emosional.
Secara sederhana dapat kita katakan bahwa agresivitas adalah kecenderungan untuk berperilaku melukai orang lain (baik secara fisik atau verbal) atau menghancurkan harta benda secara sengaja, dalam wujud perilaku melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, merusak fasilitas, menghukum orang lain, berkata kasar, menggertak, mengancam, menghardik, mengintimidasi dan tindakan lainnya yang merugikan pihak lain baik secara individu maupun kelompok.
Ciri-Ciri Perilaku Agresif pada Anak/Siswa di Sekolah
Perilaku agresif pada siswa dapat memanifestasikan diri dalam bentuk fisik, verbal, atau emosional. Tanda-tanda ini seringkali terlihat dalam interaksi mereka dengan teman sebaya, guru, atau lingkungan sekolah secara umum. Berikut adalah ciri-ciri utama perilaku siswa yang agresif:
Perilaku agresif pada siswa di sekolah dapat muncul dalam berbagai bentuk, baik secara fisik, verbal, maupun emosional. Perilaku ini sering kali dipicu oleh faktor internal, seperti ketidakmampuan mengelola emosi, atau faktor eksternal, seperti tekanan lingkungan.
Kajian lebih lanjut mengenai “Ciri-Ciri Perilaku Agresif pada Anak/Siswa di Sekolah” akan dibahas pada “Bagian Kedua” tulisan ini.
)* Abdul Majid: konselor/Kepala UPTD SMPN 28 Satap Salenrang Maros
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Tika: Profil Tokoh Minggu Ini
Firtriani Saltika, lahir di Maros, pada tanggal 01 Juli 2012. Tika panggilan akrabnya adalah anak ke-3 dari empat bersaudara dari pasangan ibunda Salmah dan ayahanda Muh. Rasyid.
PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH: REFLEKSI MODUL 3
Pada hari ke-11 Pembekalan Calon Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak Kemdik Dasmen RI, Peserta diminta menyampaikan refleksi terhadap konsep pemimpin pembelajaran dalam pengemba
Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan: Refleksi Kritis Nilai Guru Penggerak
Artikel ini ditulis sebagai tugas mandiri Pembekalan Calon Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 21 Kemristek Dikti. Semangat untuk mengapresiasi dan berpihak pada nilai-nilai
Refleksi Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
(Tugas Mandiri CF-21 PGP Kemdikbud Ristek) Tulisan ini merupakan tanggapan dan pemikiran refflektif tentang filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara (KHD). Setidaknya ada enam poin yang
Refleksi Peran Fasilitator dalam Pengembangan Kepemimpinan Pembelajaran
(H2 Pembekalan Cafasil PGP Angkatan 21 Kemdikbud Ristek) oleh: Abdul Majid Penulis adalah peserta Pembekalan Calon Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak Direktur Kepala Sekolah, Penga
"Fasil: 21 Langkah Menjadi Guru Hebat"
21 langkah Fasilitator Program Guru Penggerak handal: Kenali potensi diri; Pahami kekuatan dan kelemahan pribadi. Pahami filosofi pendidikan; khususnya pemikiran Ki Haja
Meriah! OSIS SMPN 28 Satap Salenrang Gelar Peringatan Hari Guru Nasional dengan Penuh Kreativitas dan Apresiasi
Salenrang, 25 November 2024 OSIS SMPN 28 Satap Salenrang yang diketuai oleh Azizah Nur Fatihah telah sukses menyelenggarakan peringatan Hari Guru Nasional dengan penuh kreativitas dan
Bukan Belanda yang pertama kali menjajah Indonesia
Selama ini, banyak yang percaya bahwa Belanda adalah negara pertama yang datang dan menjajah Indonesia. Namun, kenyataannya, Belanda bukanlah yang pertama. Sejarah mencatat, ada kekuata
WORKSHOP PROYEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) TAHUN PELAJARAN 2024/2025
Kepala UPTD SMPN 28 Satap Salenrang Drs. H. Abdul Majid, M.Pd. didampingi oleh Wakasek Kurikulum Bau Supianti, S.Si. dan Wakasek Sarpras Safiuddin, S.Pd. membuka workshop P5 yang diadak