REFLEKSI FILOSOFI PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA
(Tugas Modul 1.1. Pembekalan Calon Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak Kemdikbud Ristek)
Tulisan ini dibuat sebagai tugas modul 2.1. pembekalan calon fasilitator pendidikan guru penggerak sebagai refleksi terhadap filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Tulisan ini diawali dengan pertanyaan pemantik kemudian diikuti uraian reflektif dan pada bagian akhir disajikan respon/tanggapan tertulis dari Fasilitator.
- Apa yang Anda pelajari dari konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara, dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi cara Anda melihat peran Anda sebagai calon fasilitator guru penggerak?
Yang saya pelajari dari konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) adalah: Pertama, pendidikan pada hakikatnya adalah upaya menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Kedua, pendidikan adalah menuntun dasar jiwa agar dapat mengarahkan peserta didik memiliki budi pekerti, watak atau karakter yang baik sehingga tercipta Tri-Nga: Ngerti, Ngrasa, Nglakoni. Ngerti (memahami): Memberikan siswa pengetahuan yang bermakna dan relevan. Ngrasa (merasakan): Membangun empati, moralitas, dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. Nglakoni (melakukan): Mendorong siswa untuk menerapkan pengetahuan dalam tindakan nyata.
Ketiga, KHD telah meletakkan dasar-dasar pendidikan karakter yakni ‘budi pekerti’ atau ‘watak’. Watak adalah bulatnya jiwa manusia atau biasa disebut sebagai ‘karakter’, yaitu jiwa yang berazaz hukum kebatinan. Orang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan dan merasakan serta memakai ukuran, timbangan dan dasar-dasar yang pasti dan tetap. Watak atau budi pekerti bersifat tetap dan pasti pada setiap manusia, sehingga kita dapat dengan mudah membedakan orang yang satu dengan yang lainnya.
Untuk mewujudkan semua itu, maka kita sebagai guru KHD menekankan pentingnya asas Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
Pola pemikiran di atas menjadi spirit bagi saya untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur sehingga CGP mendapatkan pengalaman yang baik yakni “ngerti, ngrasa dan Nglakoni”.
- Tantangan apa yang Anda hadapi dalam mengimplementasikan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara di sekolah, dan solusi kreatif apa yang dapat Anda tawarkan untuk mengatasinya?
Tantangan yang saya hadapi dalam mengimplementasikan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara di sekolah (1) komitmen dan kesadaran diri (pribadi) untuk mengejawantahkan pemikiran KHD dalam pengelolaan pendidikan di sekolah, (2) guru terlalu fokus pada peningkatan mutu akademik dan seringkali mengabaikan aspek karakter dan budaya, (3) rendahnya perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap pelestarian nilai-nilai budaya lokal.
Solusi kreatif yang dapat kita lakukan adalah mengimplementasikan secara utuh pendidikan karakter atau pendidikan budi pekerti di sekolah, khususnya dalam melakukan kegiatan pembinaan mental kepribadian anak.
- Bagaimana konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara menginspirasi Anda untuk menghubungkan pengalaman masa lalu, penerapan masa kini, dan rencana masa depan dalam Pendidikan Guru Penggerak?
Jauh sebelum Indonesia merdeka, KHD telah merintis pendidikan berpusat kepada murid atau dikenal dengan “sistem among” yang bertujuan untuk agar anak berdaya sebagai seorang individu maupun anggota masyarakat dan dapat mencapai “well being”, yakni kondisi yang oleh Ki Hajar disebut dengan selamat dan bahagia. KHD melihat bahwa pendidikan harus diberikan sesuai dengan kodrat anak, baik kodrat alam maupun kodrat zaman.
Hal inilah yang menjadi landasan betapa pentingnya pemikiran KHD dalam pengembangan pendidikan ke depan khususnya pendidikan guru penggerak yakni (1) mandiri; mampu mendorong diri sendiri untuk melakukan aksi serta mengambil tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada dirinya, (2) reflektif; mampu merefleksikan dan memaknai segala pengalaman dan peristiwa yang terjadi di sekelilingnya, (3) Inovatif; berperan dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang efektif, (4) kolaboratif; berfokus pada kepentingan dan perkembangan siswa dan (5) Berpihak pada Murid.
Respons Fasilitator:
Dear Bapak Abdul Majid, Refleksi Bapak Abdul Majid menunjukkan pemahaman mendalam terhadap filosofi Ki Hadjar Dewantara. Bapak Abdul Majid menjelaskan bagaimana pendidikan sejatinya adalah proses menuntun kodrat siswa, sehingga mereka dapat berkembang menjadi individu yang berbudi pekerti dan berkarakter melalui penerapan konsep Tri-Nga (Ngerti, Ngrasa, Nglakoni).
Bapak Abdul Majid juga menyadari pentingnya asas Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani dalam membangun pendidikan yang berbasis nilai dan relevan dengan kebutuhan siswa. Dalam refleksinya, Bapak Abdul Majid menunjukkan komitmen untuk memfasilitasi pembelajaran berbasis karakter sebagai seorang guru penggerak.
Dalam analisis implementasinya, Bapak Abdul Majid mengidentifikasi tantangan yang relevan, seperti rendahnya komitmen pribadi, fokus guru pada aspek akademik, dan kurangnya perhatian masyarakat terhadap budaya lokal. Bapak Abdul Majid menawarkan solusi kreatif dengan mengintegrasikan pendidikan karakter melalui pembinaan kepribadian siswa dan pelestarian nilai-nilai budaya lokal. Namun, refleksi ini masih dapat diperdalam dengan eksplorasi solusi yang lebih inovatif, seperti pemanfaatan teknologi atau pendekatan berbasis komunitas untuk memperluas dampak implementasi. Refleksi ini juga menunjukkan koneksi yang kuat antara pengalaman masa lalu, penerapan masa kini, dan rencana masa depan.
Bapak Abdul Majid menggambarkan bagaimana sistem among yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara menjadi landasan pendidikan yang berpusat pada siswa. Di masa kini, Bapak Abdul Majid berkomitmen untuk mengembangkan pembelajaran yang memadukan pendidikan karakter dengan budaya lokal.
Ke depan, Bapak Abdul Majid ingin mendorong pendidikan yang berbasis pengembangan mandiri, reflektif, inovatif, dan kolaboratif, sehingga siswa dapat berkembang menjadi individu yang kompeten dan berdaya. Secara keseluruhan, refleksi ini mencerminkan dedikasi tinggi Bapak Abdul Majid dalam memahami dan menerapkan filosofi Ki Hadjar Dewantara. Untuk memperkuat refleksi ini, koneksi dengan model kompetensi Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, dan eksplorasi lebih lanjut mengenai inovasi teknologi atau praktik berbasis komunitas dapat memberikan solusi yang lebih kontekstual dan relevan dalam mendukung pendidikan berbasis karakter di era modern dan sekaligus refleksi tidak hanya mencerminkan pengalaman individu, tetapi juga mendukung capaian pembelajaran guru penggerak pada kompetensi diri dan kelas, kompetensi rekan sejawat dan kompetensi sekolah secara kolektif. Yoel
Yuli Cahyo, 4 Des at 4:58
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
"Jejak KKN UINAM Angkatan 76: Langkah Kecil, Kolaborasi, Bersama Mencerdaskan Anak Bangsa!
Salenrang 9 Januari 2025, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) yang sedang melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Angkatan 76 Posko 8 De
Sosialisasi Penggunaan LMS UPTD SMPN 28 Satap Salenrang
SMPN28SALENRANG.SCH.ID. Maros—Pengawas Bina UPTD SMPN 28 Satap Salenrang, Asri, S.Ag., M.Si. membuka rapat pembagian tugas dan sosialisasi penggunaan Learning Management system&nb
Pasca Ulangan, OSIS UPTD SMPN 28 Satap Salenrang Laksanakan PORSENI
Ananda sekalaian, tidak terasa kita telah mengikuti ulangan atau asesmen akhir semester (AAS) dengan baik. Sambil menunggu waktu pembagian rapor, maka pasca ulangan ini kita isi d
BK: Profesi, bukan?
oleh: ABDUL MAJID Tulisan ini seakan “menggugat” kembali profesi konselor atau guru bimbingan dan konseling di sekolah sebagai wujud kecintaan saya sebagai guru BK selama 3
Tika: Profil Tokoh Minggu Ini
Firtriani Saltika, lahir di Maros, pada tanggal 01 Juli 2012. Tika panggilan akrabnya adalah anak ke-3 dari empat bersaudara dari pasangan ibunda Salmah dan ayahanda Muh. Rasyid.
PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH: REFLEKSI MODUL 3
Pada hari ke-11 Pembekalan Calon Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak Kemdik Dasmen RI, Peserta diminta menyampaikan refleksi terhadap konsep pemimpin pembelajaran dalam pengemba
UPTD SMPN 28 Satap Salenrang Gunakan Chromebook dan HP pada Asesmen Akhir Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2024/2025
UPTD SMPN 28 Satap Salenrang laksanakan ulangan atau Asesmen Akhir Semester Ganjil tahun pelajaran 2024/2025 selama enam hari, mulai pada tanggal 9 sampai 16 Desember 2024 yang diikuti
REFLEKSI DAN UMPAN BALIK BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH
Tulisan ini, menyajikan refleksi kritis modul 1.4 Budaya Positif dalam mengikuti pembekalan calon fasilitator pendidikan guru penggerak angkatan 21 tahun 2024 pada hari ke-7. Pada
Kegiatan AAJS di SMPN 28 Satap Salenrang Resmi Dimulai
Salenrang, 9 Desember 2024 – SMPN 28 Satap Salenrang memulai pelaksanaan kegiatan Assesment Akhir Jenjang Sekolah (AAJS) pada tanggal 9 hingga 16 Desember 2024. Kegiatan ini diiku
Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan: Refleksi Kritis Nilai Guru Penggerak
Artikel ini ditulis sebagai tugas mandiri Pembekalan Calon Fasilitator Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 21 Kemristek Dikti. Semangat untuk mengapresiasi dan berpihak pada nilai-nilai